Touch
My Smartphone
@ Luxyus Corporation
Xiang
Lin, seorang gadis yang baru menginjak 23 tahun ini terlihat sibuk keluar masuk
ruangan CEO dengan membawa setumpuk kertas yang siap diedarkan untuk rapat hari
ini. Penurunan saham Luxyus Corporation (LC), perusahaan dengan brand handphone
yang sangat terkenal milik sang kakek, membuatknya ekstra sibuk dan ekstra
pusing. Bagaimana tidak, penurunan saham itu hanya karena sang pewaris utama
yaitu kakak Xiangg Lin, Xiao Cheng, membatalkan perjodohan dengan putri tunggal
salah seorang pemegang saham terbesar di perusahaannya. Xiao Cheng yang
menjabat sebagai CEO tak mau ambil pusing dengan hal ini. Dan dia berjanji pada
kakeknya akan menaikkan saham perusahaan tanpa harus ada perjodohan-perjodohan.
“Seperti
yang kalian ketahui, penurunan saham hingga 12% ini bukanlah hal yang sepele.
Untuk itu, demi meningkatkan kembali saham perusahaan, maka kita akan
tingkatkan kerja sama dengan investor asing. Kita akan meningkatkan omset
penjualan dengan melakukan promosi dan launching brand bukan hanya di Taiwan,
tetapi juga di luar negeri. Apakah ada yang ingin berpendapat lain?” Xiao
Cheng, CEO muda dengan intelegensi luar biasa, kharisma tiada tanding, wajah
sekelas aktor Taiwan ternama, dan yang lebih penting lagi dia single. Namun
sayang, sikap dingin dan hemat bicaranya itu membuat orang-orang
disekelilingnya akan berpikir dua kali untuk berbicara dengannya, kecuali jika
benar-benar penting.
Kembali
ke permasalahan utama tadi, para peserta rapat yang duduk melingkari meja
persegi panjang di ruang rapat mulai berdiskusi dengan rekan-rekan yang duduk
bersebelahan. Tampak sang kakek yang duduk di antara peserta rapat memejamkan
mata, memikirkan dengan jeli ide yang telah dilontarkan oleh cucu kesayangannya
itu.
“Itu
ide yang bagus. Kita bisa mengadakan acara pameran dan pemasangan iklan di
beberapa negara untuk memperkenalkan brand kita. Bukankah handphone keluran
terbaru kita akan segera rilis, kita bisa memulainya dengan mempromosikan itu.”
Xiangg Lin berpendapat dengan antusias. Dia memegang pulpen berwarna ungu yang
ujungnya di tempelkan ke dagu, itu kebiasaannya ketika berfikir. Dan itu
membuatnya terlihat menggemaskan.
Sifat
Xiangg Lin merupakan kebalikan dari sang kakak. Dia sangat ekspresif, periang,
dan ceroboh. Meskipun begitu, dia juga memiliki intelegensi yang tak begitu
jauh dari kakaknya. Wajahnya juga tak kalah menawan, kulit seputih susu, rambut
curly panjang kecoklatan lengkap dengan poni, dan style yang girly. Jika bukan
karena paksaan sang kakek untuk ikut membantu kakaknya mengurus perusahaan,
mungkin sekarang dia sudah menjadi model terkenal.
“Memasarkan
produk kita keluar negeri memang terdengar sangat meyakinkan. Tapi tidak akan
semudah itu kita bisa memasuki pasar asing, memang brand kita mampu bersaing
dengan merek dunia lainnya, tapi kita memerlukan artis internasional yang
menjual dan menarik minat di pasaran dunia.” Pendeseign handphone muda
berbakat, Hwang Fei, juga ikut menyuarakan usulannya. Sekilas tentang wanita
muda ini, dia adalah designer handphone jebolan Amerika dengan prestasi terbaik
sepanjang kariernya. Sangat feminim, dewasa, fashionable, dan merupakan
designer handphone utama di perusahaan tersebut. Usut punya usut, si cantik
jelita ini diam-diam jatuh cinta pada Xiao Cheng, yang kerap kali
mengacuhkannya ketika dirinya memberi perhatian lebih. Pernah suatu ketika Hwag
Fei membawakan bluberry muffin buatannya, tapi Xiao Cheng malah memberikan pada
salah satu karyawan yang saat itu mengantarkan berkas-berkas ke ruangannya.
Padahal menurut penuturan Xiang Lin, bluberry muffin adalah makanan yang paling
disukai Xiao Cheng. Xiang Lin sangat mengidolakan seniornya yang satu ini, dia
juga merekomendasikan wanita ini untuk menjadi kakak iparnya.
Laki-laki
yang duduk di bagian paling pojok mengangkat tangannya. “Soal siapa artis yang
akan kita ajak bekerja sama, kalian bisa menyerahkannya perancang sistem
penjualan. Aku tahu beberapa artis internasional yang popularitasnya sedang
naik saat ini.”
Xiao
Cheng tersenyum tipis. “Baiklah, sudah diputuskan kita akan melakukan promosi
ini bersama dengan dirilisnya produk terbaru dari Luxyus. Aku harap kalian
semua bekerja dengan maksimal selama dua minggu ini. Terimakasih.” Segera
setelah itu, Xiao Cheng meninggalkan ruang rapat diikuti oleh beberapa staf dan
karyawan.
Setelah
berada cukup jauh dari ruang rapat, Xiang Lin dan Xiao Cheng dihadapkan pada
kakek mereka.
“Jika rencana ini tidak berhasil, kakek harap
kalian punya rencana B.”
“Rencana
B? Apa harus ada rencana B?” Tanya Xiang Lin polos.
“Tentu
saja, Xiang.” Kakek mencubit pipi Xiang Lin gemas.
“Sudah
aku duga kalian tidak punya rencana B. kalau begitu kakek yang akan tentukan
rencana B.” Xiang Lin mendengarkan kelanjutannya dengan penasaran, sedangkan
Xiao Cheng hanya memandang ke arah lain dengan acuh tak acuh.
“Rencana
B kakek adalah aku akan menjodohkanmu dengan putra teman lama kakek yang
sekarang mengembangkan perusahaannya di China. Dan aku rasa dia teman kecilmu
yang sekarang jadi artis itu. Ah kakek lupa siapa namanya.”
Mendengar
apa yang baru saja dikatakan oleh kakeknya, Xiao Cheng menoleh cepat. Dia
menatap kakeknya tajam.
“Maksud
kakek, Alan Luo? Aku tidak mau dengannya!”
Baru
saja hendak buka mulut untuk menjawab, Xiao Chen langsung memotong dengan
ucapannya yang tegas.
“Tidak
ada yang akan dijodohkan.” Tatapan tajam Xiao Cheng berhasil membuat kakeknya
bungkam.
“Jangan
khawatir, omset akan naik dan saham akan kembali.” Sedetik kemudian Xiao Cheng
berlalu meninggalkan mereka berdua.
“Anak
itu benar-benar.” Gerutu kakek.
“Apa
kakek meragukan kemampuan kakak?”
“Tentu
saja tidak.”
“Lalu,
kenapa kakek selalu menginginkan perjodohan?”
“Karena
kakek merasa itu adalah yang terbaik untuk masa depan kalian.”
“Mungkin
juga tidak. Mungkin kakak sudah menyukai gadis lain, makanya dia selalu menolak
perjodohan yang kakek berikan untuknya.”
Kakek
Xiang Lin terdiam sejenak. “Mungkin…” pikirannya gamang.
Suasana
di luar gedung LC digemparkan oleh sebuah Lykan Hypersport berwarna merah yang
baru saja berhenti tepat di depan gerbang utama diikuti dengan beberapa mobil
pribadi dibelakangnya. Kegemparan terjadi bukan karena mobil mewah besutan
Timur Tengah seharga US$3,4 juta dengan predikat mobil tercepat itu mampir di
perusahaan, melainkan karena si pengemudinya yang membuat banyak sekali
gadis-gadis belia membawa spanduk bak orang demo dengan tulisan warna-warni dan
foto ukuran besar dari si empunya mobil. Gadis-gadis ini memang sudah menunggu
kedatangan artis idola mereka.
Tak
lama kemudian kaca bagian kemudi terbuka perlahan, menampilkan wajah tampan
dengan kaca mata hitam yang membuat penampilannya sangat modis.
“Show
Luo!”
“Aku
mencintaimu.”
“Show
Luo, menikahlah denganku.”
Teriakan-teriakan
para gadis yang seolah kesetanan membahana di mana-mana. Para security
kewalahan untuk mengatasi kehebohan dari para fans Show Luo.
Show
Luo melambaikan tangannya tinggi-tinggi sambil memamerkan senyum menawan yang
mampu membuat para gadis pingsan di tempat. Untuk hanya sekedar berbasa-basi
dengan para fans yang sudah menyambutnya. Hingga beberapa detik kemudian, mobil
itu kembali melaju memasuki area perusahaan. Meninggalkan para fansnya yang
jeritannya semakin menjadi-jadi.
Tidak
berbeda dengan suasana di luar, suasana di depan pintu utama juga sama hebohnya.
Tapi kali ini bukan oleh para fans, melainkan wartawan. Para wartawan membuat
kerumunan dengan blits kamera yang siap berkilat sepanjang waktu, dan cecaran
bertanyaan yang berdengung bagai lebah keluar dari sarangnya.
Kali
ini bodyguard pribadi Show Luo yang turun tangan untuk menjaga artisnya ini
dari serbuan wartawan.
“Ckrek…”
“Ckrek.”
“Show
Luo, ceritakan sedikit tentang kesuksesanmu di Hollywood.”
“Apakah
kau punya rencana untuk bermain beberapa film atau melakukan konser di Taiwan
selain menjadi model iklan di perusahaan ini?”
Semua
pertanyaan yang dilontarkan oleh para wartawan hanya ditanggapi dengan senyuman
olehnya, hingga dia masuk ke dalam perusahaan tersebut. Ditemani oleh asisten
pribadi dan managernya, Show Luo menyusuri gedung hingga sampai diruangan yang
ia tuju. Sepanjang itu, mata karyawan tak henti-hentinya memandang terutama
para wanita yang heboh sendiri sambil stand by handphone di tangan mereka.
Hari
ini dia akan melakukan diskusi dengan pihak perusahaan dan menandatangani kontrak
kerjasama. Meskipun sebenarnya dia tidak perlu repot-repot untuk datang karena
diskusi bisa dilakukan dengan managernya, dan tanda tangan kontrak bisa dia
lakukan di gedung agensinya yang berada di Taiwan. Tapi entah kenapa kali ini
dia bersikeras sekali.
“Bagaimana
kabarmu, Show Luo? Apakah perjalanannya menyenangkan?” Tuan Chan selaku
kordinator pemasaran dengan ekstra hati-hati menyambut. Ini pertama kalinya dia
bertemu langsung dengan artis kelas dunia, jadi dia agak gugup, meskipun
sebelumnya dia telah mempersiapkan beberapa dialog dan mewanti-wanti semua
anggotanya untuk bersikap baik kepada tamu agungnya itu. Mengingat Show Luo
adalah ujung tombak dari promosi kali ini.
“Kau
terlihat …luar biasa.”
“Tentu.
Aku selalu luar biasa. Cepat berikan kontraknya agar bisa segera ku
tandatangani. Tidak mungkinkan aku seharian disini?” Show Luo melepas
kacamatanya, menyunggingkan seberkas senyum kepada tuan Chan.
“O…
ba-baiklah. Akan segera ku siapkan.”
Tuan
Chan bergegas mengambil beberapa kertas di meja kerjanya, lalu menyerahkan pada
Show Luo. Tak perlu membaca, Show Luo hanya perlu mengamatinya sekilas lalu
dengan segera membubuhkan tanda tangannya. Tapi belum sempat ujung pulpennya
menyentuh kertas, ada seseorang yang tiba-tiba menyembulkan dirinya dari balik
pintu.
“Nona
Xiang…” Suara tuan Chan membuatnya menoleh seketika.
“Aku
ingin mengambil deseign milik kak Hwang Fei yang baru di promosikan kemarin.”
Tanpa menggubris manusia tampan yang duduk di kursi tamu ruangan tuan Chan, Xiang
Lin langsung saja nyelonong masuk ke dalam ruangan.
“Xiang
Lin?”
“Iya.”
Spontan Xiang Lin menoleh ke arah sumber suara yang tadi memanggil namanya.
Sedetik kemudian dirinya kaget melihat laki-laki duduk bersila di hadapannya.
“Alan
Luo?” Matanya membulat, tak percaya jika dia akan bertemu dengan teman kecilnya
yang sudah menjadi artis top setelah kejadian waktu itu.
“Jangan
memanggilku dengan nama itu lagi. Aku sudah menggantinya dengan yang lebih
keren. Show Luo.” Dia menekankan kalimat terakhir yang menyebutkan nama
artisnya. Wajah Xiang Lin berubah jengkel. Sifatnya tidak berubah sama sekali,
masih menyebalkan seperti dulu.
“Tidak
mungkin, kalian berdua saling mengenal?” Tuan Chan menatap mereka bergantian,
tidak percaya.
Xiang
Lin menatap malas, dia tidak mau menggubris kalimat menjengkelkan yang keluar
dari mulut Show Luo maupun pertanyaan tuan Chan. Dan langsung mengambil map
merah yang tergeletak di meja kerja Tuan Chan.
“Aku
permisi dulu.” Pamit Xiang Lin setelah menemukan apa yang dicarinya. Dia tidak
mau berlama-lama di dekat orang yang membuatnya trauma masuk sekolah. Tapi baru
saja kakinya maju dua langkah, Show Luo langsung berdiri dan menahan tangannya.
“Jadi
ini sambutan darimu setelah 10 tahun kita tidak bertemu?” Ada nada sendu yang
tersimpan dalam ucapan Show Luo tersebut.
Tuan
Chan, asisten dan manager Show Luo yang juga ada di ruangan itu berdehem seraya
memalingkan wajah mereka yang sedari tadi menatap dua insan ini dengan
pandangan penasaran dan terus berfikir kira-kira ada hubungan apa antara Show
Luo dan Xiang Lin.
“Aku
rasa, aku tidak perlu menyambutmu.” Xiang Lin berusaha melepaskan genggaman
tangan Show Luo, tapi hasilnya nihil. Show Luo malah semakin mengeratkan
genggamannya pada pergelangan tangan Xiang Lin, membuat pemilik tangan mungil
ini sedikit meringis.
Show
Luo tersenyum miring. Sekelebat ide muncul di otaknya. Sedetik kemudian
genggamannya melonggar, membuat Xiang Lin dengan mudah meloloskan tangannya
yang sedari tadi ditahan Show Luo.
“Baik.
Pergilah jika kau ingin pergi, tapi jangan harap aku akan tanda tangan kontrak
dengan perusahaan ini. Aku sudah dengar banyak hal tentang keadaan Luxyus
Corporation, jadi aku tidak akan peduli dengan apa yang akan terjadi pada
perusahaan ini nantinya.” Perkataan Show Luo yang enteng itu sontak membuat
Xiang Lin tercengang. Kalau sudah begini apa lagi yang bisa ia lakukan.
“Tunggu
dulu. Tidak bisa begitu. Apa hanya karena hal sepele lalu kau akan membataklan
kontrak begitu saja?” Tuan Chan gelagapan mendengar apa yang baru saja
dikatakan Show Luo.
“Sudah
tidak ada lagi yang kita lakukan disini. Ayo pergi.” Dengan wajah bingung,
asisten dan manager tergesa-gesa mengangkat tas jinjing dan perlengkapan milik
Show Luo.
“Tenang
saja…” Tuan Chan menghadang Show Luo yang menuju ambang pintu.
“Aku
pastikan nona muda Xiang ini akan memperlakukan anda dengan baik.” Tuan Chan
mengedipkan sebelah matanya pada Xiang Lin.
“Benarkah?”
“Huh…”
Xiang
Lin memelototi tuan Chan, “Kau saja yang memperlakukannya dengan baik.” Batinnya.
“Aku
baru akan menandatangani kontrak setelah nona muda ini berjanji akan pergi
makan malam denganku saat pemotretan selesai.”
“Tentu
saja.” Tuan Chan tertawa renyah. Xiang Lin ingin menyangkal, tapi tuan Chan
sudah menatapnya horor sambil berkomat-kamit mengeluarkan ancamannya yang
terlihat seperti mantra-mantra.
Tak
berapa lama kemudian Show Luo duduk dan memegang pena, kali ini pena yang
dipegangnya sudah berhasil menorehkan coretan berupa tanda tangan. Senyum puas
tak henti-hentinya mengembang, bukan karena dia telah bekerja sama dengan
Luxyus Corporation, tapi karena keinginan untuk kembali mendekati cinta
pertamanya terwujud sudah.
Xiang
Lin merasa jengah. Dia menghentakkan kakinya kesal, lalu bergegas pergi
meninggalkan Show Luo yang terus meneriakinya panjang lebar. Kalimat terakhir
yang ditangkap oleh telinganya adalah, “Jangan lupa untuk berdandan dengan
cantik, agar tidak ketimpangan jika berjalan bersama ku.” Kalimat itu membuat
telinganya gatal. Dari dulu hingga sekarang ada satu sifatnya yang tidak pernah
hilang. Dia suka sekali menyombongkan harta, popularitas dan ketampanan. Sempat
dulu Xiang Lin berfikir bahwa dia adalah seorang cassanova kelas atas, melihat
tingkahnya yang seperti Go Joon Pyo versi playboy.
“Aduh.”
Xiang
Lin berjalan terlalu cepat sehingga tidak memperhatikan laki-laki sedang
berjalan berlawanan arah dengannya yang kini dia ditabrak.
“Ceroboh
sekali.” Suara berat laki-laki yang ditabraknya terdengar tidak asing.
“Ka-Kakak.”
“Tidak
perlu terkejut seperti itu. kembalilah keruanganmu, dan segera persiapkan
materi presentasi.” Xiao Cheng tersenyum lembut kepada adiknya, dan kemudian
berlalu pergi.
Jika
dimata orang-orang dan bahkan kakeknya, Xiao Cheng adalah sosok yang dingin dan
angkuh, namun dimata Xiang Lin, kakaknya ini adalah orang yang hangat setelah
kematian kedua orang tua mereka.
“Kenapa
lama sekali?” Hwang Fei menghampiri Xiang Lin dengan berlari kecil. Tadi dia
sempat melihat Xiang Lin bicara dengan Xiao Cheng. Jujur, Hwang Fei tidak
begitu menyukai Xiang Lin, yang entah kenapa setiap melihat Xiang Lin dengan
Xiao Cheng membuatnya merasa sedikit cemburu. Padahal dia sendiri tahu mereka
adalah kakak beradik. (Bersambung...)
menarik banget buat dibaca
BalasHapusElever